Banda Aceh, – Sebanyak 30 orang delegasi dari King Prajadhipok’s Institute (KPI) Thailand mengunjungi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh.
Dalam keterangan yang dirilis Humas UIN Ar-Raniry, Selasa (23/7/2024), kunjungan ini merupakan bagian dari studi banding untuk mempelajari proses perdamaian yang terjadi di Aceh, dengan harapan bisa diterapkan untuk mengatasi konflik serupa di Thailand Selatan.
Kunjungan ini disambut oleh Rektor UIN Ar-Raniry, Mujiburrahman, beserta jajarannya di ruang sidang rektor kampus tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Delegasi ini terdiri dari pejabat pemerintah, eksekutif pemerintah lokal, akademisi, pemimpin komunitas, serta aktivis dari komunitas Melayu Muslim dan Buddha Thailand. Mereka dipimpin oleh Mr. Koddaree Binsen, Presiden Asosiasi Sekolah Swasta di Selatan Thailand.
Dalam sambutannya, Mujiburrahman menjelaskan peran dan kontribusi UIN Ar-Raniry dalam proses perdamaian Aceh. Banyak mahasiswa dan dosen universitas ini yang terlibat sebagai tim inti, fasilitator, dan penerjemah dalam perundingan perdamaian yang difasilitasi oleh Martti Ahtisaari di Helsinki.
“Dosen dan mahasiswa kami memainkan peran penting dalam proses perdamaian Aceh, baik sebagai tim inti, fasilitator, maupun penerjemah bahasa. Banyak dari mereka yang berkontribusi dalam tim bahasa yang dipimpin oleh Martti Ahtisaari,” ungkap Mujiburrahman.
Rektor juga menyoroti bahwa pengalaman konflik di Aceh memberikan pelajaran berharga bagi banyak pihak. UIN Ar-Raniry sering menjadi tujuan bagi pihak internasional yang ingin mempelajari dinamika konflik dan proses perdamaian melalui lembaga konflik dan perdamaian yang dimiliki universitas tersebut.
“Pengalaman konflik di Aceh sangat mencekam. Kehidupan kita waktu itu hampir tidak bisa kemana-mana. Setelah perdamaian, suasana pembangunan mulai muncul di Aceh. Toko-toko ada yang buka 24 jam, masyarakat beraktivitas sepanjang hari, dan suasana sangat berubah dibanding masa konflik dulu,” jelasnya.
Mujiburrahman juga menyampaikan keprihatinan terhadap situasi di Patani, Thailand, yang masih diwarnai oleh banyak pos pemeriksaan dan ketidaknyamanan bagi masyarakat.
“Doa kami untuk masyarakat di selatan Thailand agar keadaan yang mirip seperti di Aceh dahulu cepat berakhir,” tambahnya.
Sementara itu, pimpinan Delegasi King Prajadhipok’s Institute (KPI) Thailand, Mr Koddaree Binsen menjelaskan bahwa kunjungan ini bertujuan untuk memahami proses perdamaian di Aceh, yang dianggap sebagai salah satu contoh sukses di dunia.
“Tujuan kita adalah belajar dari Aceh tentang proses perdamaian karena situasi konflik kita mirip. Untuk memahami proses perdamaian di Thailand Selatan, sangat berguna bagi peserta untuk belajar dari pengalaman Aceh,” kata Mr. Koddaree.
Ia juga mengucapkan terima kasih kepada Rektor dan civitas akademika UIN Ar-Raniry serta berharap dapat menjalin kerja sama lebih lanjut di bidang pendidikan.
“Kami berharap dapat menyambut kunjungan dari UIN Ar-Raniry ke Thailand Selatan dan menjalin kerjasama lebih erat di masa depan,” tutupnya.
Kunjungan ini diharapkan dapat membuka peluang bagi Thailand Selatan untuk menerapkan strategi perdamaian berdasarkan pengalaman yang telah terbukti sukses di Aceh. (*)