Banda Aceh, – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Aceh Besar, mengimbau seluruh masyarakat Aceh agar tidak salah memahami terkait kabar tentang gempa megathrust yang belakang ramai dibicarakan.
Kepala BMKG Stasiun Geofisika Aceh Besar, Andi Azhar Rusdin mengatakan, informasi potensi gempa megathrust yang berkembang saat ini bukanlah prediksi atau peringatan dini, sehingga jangan dimaknai secara keliru atau seolah akan terjadi dalam waktu dekat.
“Perlu kita ketahui juga bahwa hingga saat ini belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat dan akurat mampu memprediksi terjadinya gempa (kapan, di mana, dan berapa kekuatannya), sehingga kita semua juga tidak tahu kapan gempa akan terjadi, sekalipun tahu potensinya,” kata Andi saat dihubungi Kompas.com via WhatsApp, Senin (19/8/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Andi meminta, masyarakat agar tetap tenang dan beraktivitas normal seperti biasa seperti melaut, berdagang, dan berwisata di pantai.
Dia menjelaskan, terdapat 13 zona megathrust mulai dari zona megathrust Aceh-Andaman di barat Indonesia, hingga zona megathrust Papua yang terletak di utara Papua (paling timur Indonesia).
“Terkait wilayah Aceh ada 2 zona sumber gempa, yaitu zona tumbukan lempeng australia dan eurasia, serta zona patahan aktif yang ada di laut dan darat Aceh,” ucapnya. Lebih lanjut, Andi menjelaskan, zona megathrust di Aceh terdapat di laut barat Aceh dan dinamakan zona megathrust Aceh-Andaman.
Pada zona tersebut, berdasarkan data Pusgen dapat memicu gempabumi dengan kekuatan magnitudo 9.2. Hal tersebut telah terbukti pada saat kejadian gempa bumi 26 Desember 2004, di laut barat Aceh terjadi gempa berkekuatan M 9.2, dan memicu tsunami serta menimbulkan banyak korban jiwa.
Sebuah kejadian gempabumi merupakan fenomena alam yang dapat terulang kembali, seperti istilah pakar geologi yang menyebutkan the present is the key to the past, menjelaskan bahwa seluruh proses yang terjadi di alam berjalan dalam ruang dan waktu. “Namun untuk kekuatan yang besar seperti gempa M 9.2 pada tahun 2004 lalu, membutuhkan waktu cukup lama untuk merilis sebuah energi yang besar,” pungkasnya.(*)
Sumber Berita : Kompas